Kamis, 12 September 2024 |
16:26 wib: Serahkan B1 KWK, Partai Buruh Resmi Usung Andika-Nanang 11:09 wib: Estafet Kepemimpinan Kasibinadik Bergulir, Serah Terima Jabatan dan Pelepasan Tugas di Lapas Cilegon 22:35 wib: Diskusi Media Siber dan Relawan Dalam Rangka Mengawal Pemerintah yang Sah dan Berdaulat 17:53 wib: Cegah Stunting, Diskominfosatik Kabupaten Serang Gandeng KIM 18:49 wib: DPRD Banten Akan Menindak Lanjuti Penyegelan Pabrik Miras Di Cikande Serang, Banten 15:24 wib: Merusak Generasi Muda, Ulama dan Santri Datangi DPRD Banten Tuntut Tutup Total Pabrik Miras di Cikande Kabupaten Serang 17:00 wib: Puluhan Santri dan Ulama Gelar Doa Bersama Tanda Syukur Pabrik Miras Telah Disegel Polda Banten 16:32 wib: Siswa SMK Asal Banten Raih 2 Medali Emas dalam Ajang LKS Siswa Nasional Tahun 2024 08:43 wib: KPU Kota Tangerang Sosialisasi Cek DPT Online 11:22 wib: Pj Gubernur Banten Al Muktabar Lantik 72 Kepala Sekolah dan 1 Pengawas Sekolah

Ini 5 Fakta Pengungkap Pembunuhan Akseyna di Danau UI

Publisher: Redaksi Bantenku Dibaca: 69055 Pengunjung
Polisi mengevakuasi mayat Akseyna Ahad Dori dari Danau Kenanga, Universitas Indonesia, Depok, 26 Maret 2015. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso

Bantenku.com – Kepolisian Daerah Metro Jaya mengambil alih penyelidikan kasus tewasnya Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Universitas Indonesia yang jasadnya ditemukan di Danau Kenanga pada 26 Maret 2015. Sebelumnya, kasus ini ditangani Kepolisian Resor Depok.


"Saya kira Akseyna dibunuh dari awal,” kata Eko Haryanto, kriminolog Universitas Indonesia, kepada Tempo, Selasa, 9 Juni 2015. Dia menegaskan bahwa Ace, panggilan Akseyna, mahasiswa biologi Fakultas MIPA, bukan bunuh diri. Berikut ini sejumlah alasannya.



Pertama
, keberadaan tas berisi batu pemberat pada jasad Ace. Menurut dia, sekalipun seseorang berusaha bunuh diri dengan pemberat pada tubuhnya, upaya pemberontakan akan selalu ada ketika manusia mendekati maut.


Ia mengatakan, jika benar bunuh diri, Ace akan mencoba melepaskan tas tersebut dari tubuhnya untuk menghindar dari kematian.


Kedua, dari tubuh korban, tim forensik seharusnya dapat mengungkap fakta mengenai kondisi Ace saat ditenggelamkan, apakah dalam keadaan hidup atau mati. “Terbukti ditemukan air dalam paru-parunya,” ujarnya. Ia membuktikan Ace tenggelam dalam keadaan bernapas.


Ketiga, tulisan dalam surat yang ditemukan teman Ace juga menunjukkan kejanggalan lain. Ahli tulisan tangan atau grafolog menyatakan tulisan yang ditemukan sebagai surat wasiat tersebut berbeda dengan tulisan Ace.


“Keberadaan surat ini jelas upaya seseorang untuk mengesankan korban bunuh diri, tapi pelaku ini malah melakukan perbuatan yang justru menguatkan dugaan keras Ace dibunuh,” tuturnya.


Menurut dia, bahkan dengan keberanian seseorang menuliskan surat tersebut, orang itu tahu persis apa yang terjadi pada Ace sehingga ia berupaya membuat alibi. Bagian otaknya yang mengatur emosi mengalami kerusakan, membuatnya menjadi manusia yang tak bisa berhenti.


Keempat, temuan kerusakan pada sisi belakang sepatu Ace juga diyakini sebagai bukti bahwa tubuh korban dibawa orang lain ke danau tersebut. “Betul diseret karena sepatu ditemukan rusak.”


Kelima, keyakinan keluarga Ace adanya pembunuhan juga mulai muncul ketika keluarga menemukan luka-luka memar pada tubuh mahasiswa jurusan biologi tersebut. Keyakinan keluarga ini, kata Eko, menjadi semakin kuat ketika seorang grafolog meyakini tulisan pada surat Ace dibuat oleh orang lain.(Tempo.com/DHAN)


KOMENTAR DISQUS :

Top