ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) akan melakukan penyelidikan terhadap air mineral dalam botol kemasan. Hal ini setelah sebuah penelitian menemukan serpihan mikroplastik pada hampir semua merek yang saat ini dijual di Inggris.
Pengujian di State University of New York di Fredonia menemukan, sebagian besar 259 botol air kemasan yang dinilai oleh peneliti dari 11 merek berbeda terkontaminasi mikroplastik. Para imuwan menemukan rata-rata 10 partikel plastik per liter air, masing-masing lebih besar dari rambut manusia. Mikroplastik adalah partikel plastik kecil yang berasal dari berbagai sumber seperti kosmetik, pakaian, proses industri, bahan kemasan dan degrasi barang plastik yang lebih besar.
aat ini, WHO menekankan bahwa tidak ada bukti mikroplastik menimbulkan risiko terhadap kesehatan manusia. Namun, WHO mengatakan bahwa mereka ingin menilai situasi ini dalam waktu lama.
Bruce Gordon, kordinator global WHO mengenai air dan sanitasi mengatakan kepada BBC, pertanyaan utamanya adalah apakah mengonsumsi partikel plastik dalam jumlah kecil bisa memiliki efek yang merugikan?
"Ketika kita memikirkan komposisi plastik, apakah mungkin ada racun di dalamnya, sampai sejauh mana mereka membawa unsur berbahaya, partikel sebenarnya yang mungkin ada di tubuh - tidak ada penelitian yang sudah menjawab itu semua," katanya yang dikutip Independent.
"Kami biasanya memiliki batas aman. Namun, untuk menentukannya, kita perlu memahami jika hal-hal ini berbahaya, dan jika terjadi dalam air pada konsentrasi yang berbahaya," tambahnya.
Badan Standar Makanan Inggris juga bergerak. Mereka meyakinkan konsumen bahwa minum air botol kemasan masih aman.
"Berdasarkan informasi terkini, termasuk evaluasi keamanan paparan mikroplastik dari makanan yang dilakukan oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa, tidak mungkin tingkat partikel mikroplastik dalam air botol kemasan yang dilaporkan dalam penelitian ini akan menyebabkan kerugian bagi konsumen," ujar seorang juru bicara Badan Standar Makanan Inggris.
"Mikroplastik hadir di lingkungan, baik di darat dan di air. Karena itu, ada beberapa kehadirannya dalam makanan, tapi itu tidak berarti berbahaya. Kami akan menilai informasi yang muncul mengenai mikroplastik dalam makanan dan minuman," jelasnya.
Metode skrining cepat yang digunakan dalam tes ini dikembangkan di University of East Anglia (UEA) dan bekerja dengan mengidentifikasi partikel plastik mikroskopis sekecil beberapa mikrometer - dalam air dengan cara menodai pewarna Nile Red dye.
"Kami menjadi semakin sadar akan mikroplastik di lingkungan dan efeknya yang berpotensi membahayakan, namun prevalensi di daerah lain kurang dipelajari," tutur Dr Andrew Mays dari UEA.
Mikroplastik telah dilaporkan ada di air keran, bir dan banyak makanan lainnya. Tapi, menurut Dr Andrew orang akan terkejut bahwa hampir semua air kemasan tampaknya juga terkontaminasi.
"Penelitian ini menganalisis lebih dari 250 botol dari 27 lot dan 11 merek berbeda dair seluruh dunia. Jadi ini adalah studi air terbesar dan paling komprehensif yang saya ketahui sampai sekarang dan hampir semuanya terkontaminasi sampai tingkat tertentu," jelasnya.
Lebih lanjut, Dr Andrew mengatakan, hasil yang tidak ditunjukkan dari metode skrining UEA adalah dari mana partikel plastik tersebut berasal. Namun, Dr Andrew berharap sebagian besar partikel plastik tersebut berasal dari proses pengolahan dan pengemasan air mineral kemasan, walaupun beberapa mungkin berasal dari sumber air asli dalam sejumlah kasus.
"Apa yang kita tahu adalah mikroplastik ada di lingkungan sekitar dan mereka terakumulasi. Mikroplastik berada di jaringan makanan di lautan dan sekarang kita juga tahu mikroplastik ada di dalam air kemasan," pungkasnya.(Red)